Bantuan Tak Cair, Siswa Demo Kepala Sekolah
SAMPANG - Puluhan siswa SMAN 1 Banyuates, Sampang Madura, Kamis (19/4), mendadak melakukan aksi demonstrasi di lingkungan sekolahnya. Mereka merasa dongkol karena Kepala Sekolah (Kepsek) yang jarang masuk kantor dan menelantarkan lembaga serta anak didiknya.
Tak hanya itu, puluhan siswa SMAN 1 Banyuates tersebut juga menuding Kepsek menilap dana Program Indonesia Pintar (PIP) yang tak lain merupakan hak siswa. Tudingan tersebut mereka sampaikan karna dana PIP tak kunjung mereka terima.
“Kami minta pak Sugeng selaku Kepsek dipecat dan segera dikeluarkan dari sekolah, karena tidak pantas berada di dunia pendidikan,” kata salah seorang siswa, Jaka Pramista, dalam orasinya.
Selain persoalan di atas, kata Jaka. Sugeng selaku kepala sekolah juga ikut memprakarsai penarikan uang sebesar Rp100 ribu yang diduga tidak dapat dipertanggung jawabkan penggunaanya. Adapun dalihnya, penarikan uang itu dimanfaatkan untuk pemeliharaan dan pembangunan sarana dan prasarana seperti pengecetan kelas, dan pembangunan pagar sekolah.
Akibat ketidak profesionalan Sugeng, sambung Jaka. Sejumlah guru di sekolah dimaksud banyak yang mengundurkan diri.
Dikonfirmasi secara terpisah, Kepsek SMAN 1 Banyuates, Sugeng Harinanto mengaku, dirinya tidak masuk ke sekolah karena sering menghadiri rapat.
Sementara terkait, BSM atau PIP yang tidak dicairkan, Sugeng mengaku masih menunggu Surat Keputusan (SK). Sedangkan penerima BSM disekolahnya pada 2018 hanya tiga orang siswa.
“Ya nunggu SK keluar. Tidak mungkin guru mengambilnya karena bantuan itu langsung masuk ke rekening siswa. Meski siswa punya hak mendapatkan bantuan, kami tidak bisa memaksakan jumlah penerima bantuan itu harus dapat semua, kan tidak bisa demikian,”. Ujarnya.
Terpisah, Kepala UPT Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi Jatim wilayah Kabupaten Sampang, Assyari mengatakan, pihaknya sudah mendapati laporan mengenai aksi yang dilakukan siswa terhadap kepala sekolah di SMAN 1 Banyuates.
“Kalau guru ada dugaan nilep itu tidak benar. Dan belum dicairkannya bantuan itu karena memang harus menunggu SK, sebab bantuan BSM maupun PIP itu langsung dari pusat berdasarkan nama (by name). Sehingga sebelum proses pencairannya, siswa penerima harus membuat rekening terlebih dahulu berdasarkan data-datanya,” terangnya.
Disinggung mengenai permintaan siswa yang mengharapkan Sugeng mundur, Assyari mengatakan, yang bersangkutan saat ini menjabat sebagai Sekretaris Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) atau semacam organisasi kepala sekolah yang sudah terbentuk sebelumnya. Sehingga apabila yang bersangkutan tidak bisa hadir di sekolah karena ada tugas di MKKS, pihaknya masih memberikan toleransi.
“Saya beri toleransi sejauh di sekolah tidak ada persoalan seperti KBM tetap berjalan lancar, termasuk tugas-tugas pengawasan di sekolah berjalan. Tapi apabila ketidakhadiran kesekolah karena malas, itu tidak dibenarkan,” jelasnya. (idr/ros)
Labels: Pendidikan
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home