Sunday, October 21, 2018

BMKG Klarifikasi 'Ramalan' Gempa Surabaya - Madura

Aktivitas seismograf. Foto/ilustrasi

JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) angkat bicara mengenai santernya isu potensi gempa di Surabaya - Madura.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengatakan bahwa potensi gempa bukan hanya ada di wilayah Surabaya dan Madura. Namun juga di sebagian besar wilayah Indonesia. Alasanya, mengingat Indonesia berada dalam lingkaran Cincin Api Pasifik yang terbentuk oleh gerak lempeng tektonik aktif.

“Cincin Api Pasifik adalah zona berbentuk tapal kuda dan menjadi zona sabuk gempa paling aktif di dunia. Bukan hanya Indonesia, negara lain seperti Jepang, Taiwan, dan Selandia Baru juga masuk dalam cincin api pasifik tersebut,” tuturnya, di Kantor BMKG Jakarta, Jumat (19/10).

Oleh karena itu, lanjut Dwikorita, sudah saatnya masyarakat bersama pemerintah dan stakeholder lainnya proaktif mempersiapkan upaya mitigasi bencana gempa bumi dan tsunami. Ketimbang hanya meributkan ramalan dan prediksi gempa semata.

“Lakukan aktivitas seperti biasa, jangan terpengaruh oleh isu-isu yang dihembuskan oleh pihak yang ingin membuat kegaduhan dan kecemasan,” timpalnya.

Menurut dia, mitigasi bencana yang dapat dilakukan, antara lain mengedukasi masyarakat tentang cara penyiapan perlindungan dan keselamatan sebelum, saat dan setelah gempa bumi.

Sementara itu, Deputi Bidang Geofisika BMKG, Muhammad Sadly menjelaskan, bahwa menurut “Peta Sumber dan Bahaya Gempa bumi Indonesia 2017”, secara geologis dan tektonik wilayah Kota Surabaya dan Madura berada pada jalur zona sesar aktif. Dalam hal ini wilayah Surabaya berada pada jalur zona Sesar Kendeng dan Madura berada pada jalur zona Sesar RMKS (Rembang, Madura, Kangean, dan Sakala).

Berdasarkan catatan sejarah kegempaan (Visser 1922) tambah Sadly, jalur Sesar Kendeng pernah memicu terjadinya gempa bumi merusak di Mojokerto (1836,1837), Madiun (1862, 1915) dan Surabaya (1867). Sedangkan Sesar RMKS juga pernah memicu terjadinya gempa bumi merusak di Rembang-Tuban (1836), Sedayu (1902), Lamongan (1939), Sumenep (13 Juni 2018 dan 11 Oktober 2018 ).

“Saya berharap masyarakat tetap tenang namun waspada. Pemerintah melalui BMKG terus memantau gempa yang terjadi di seluruh wilayah Indonesia selama 24 Jam penuh setiap harinya,” imbuhnya. (*/ros)

Labels: ,

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home