Saturday, December 29, 2018

Libur Akhir Tahun, Peziarah Mbah Kholil Membeludak

Komplek wisata religi Syaikhona Kholil, Bangkalan. foto/madurasatu

BANGKALAN - Peziarah atau pengunjung lokasi wisata religi komplek makam Syaikhona Kholil Bangkalan, membeludak. Ribuan warga datang dari berbagai daerah, mulai dewasa hingga anak - anak. Selain berziarah, mereka juga berwisata, mengenal situs - situs bersejarah dalam dunia Islam.

Ramainya peziarah di makam Mbah Kholil - sebutan Syaikhona Kholil, mulai tampak sejak sepekan lalu. Mereka datang dari berbagai daerah di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat. Bahkan ada pula yang datang dari luar Jawa seperti Kalimantan dan Sumatera.

Tujuan mereka, tak hanya berwisata dan mengenal situs - situs dunia Islam di Jawa. Melainkan pengunjung juga datang dengan maksud religius dengan harapan mendapat berkah salah satu ulama masyhur di Pulau Madura itu.

Salah satu pengunjung, Imron, mengaku datang dari Magetan bersama 20 kerabat dan tetangganya secara rombongan. Mereka bersama - sama memanfaatkan waktu libur dengan mendatangi lokasi - lokasi wisata religi, dengan harapan dapat mengenal Islam  lebih baik.

"Kami datang bersama keluarga, tujuanya untuk ziarah, sekaligus mengisi libur akhir tahun," tuturnya.

Seperti tahun - tahun sebelumnya, jumlah warga yang datang ini, diperkirakan akan terus bertambah, setidaknya hingga sepekan pasca tahun baru mendatang. Saat ini, jumlah warga maupun peziarah yang datang mencapai 3 hingga 5 ribu orang perhari

Syaikhona Kholil atau Mbah Kholil, lahir di Kemayoran, Bangkalan, 1820 dan meninggal di Martajasah, Bangkalan, 1925 pada usia antara 104 – 105 tahun.

Beliau adalah seorang ulama kharismatik dari Pulau Madura. Di masyarakat santri, Syaikhona Kholil juga dikenal sebagai Waliyullah. Seperti cerita Wali Songo, banyak cerita kelebihan di luar akal atau karamah Mbah Kholil terkisah dari lisan ke lisan, terutama di lingkungan masyarakat Madura. (idr/ros)

Labels:

Sandiaga Memulai Tahun Baru di Sampang

Sandiaga Salahuddin Uno, Calon Wakil Presiden RI. foto/ist

SAMPANG - Calon Wakil Presiden (Cawapres) nomor urut 02, Sandiaga Salahuddin Uno dijadwalkan berkunjung ke Kabupaten Sampang, Madura, Selasa (1/1/2019).

Merujuk pada run down yang ditentukan, Sandiaga dijadwalkan memulai aktivitasnya dengan menghadiri acara maulid Nabi Muhammad dan haul As-Sayyid Alawi Abbas Al Maliki Al Hasani di Pondok Pesantren Attaroqi, Karongan, Sampang.

Selepas menyambangi Pesantren ternama di Madura itu, Sandiaga dijawalkan akan beristirahat dan bermalam di salah satu hotel di Sampang, sebab sehari setelahnya mantan wakil Gubernur DKI itu akan kembali menyapa konstituenya.

Pada Rabu (2/1/2019), Sandiaga bakal menyapa emak-emak lewat kegiatan lari dan senam bersama di seputaran kota Sampang.

Safari politik Sandiaga di kota Bahari akan diakhiri dengan lawatan ke pondok pesantren Annaqsabandiyah Assalafiyah, Ombul, Tambelangan.

Kehadiran Sandiaga ke Sampang juga dikonfirmasi ketua DPD PAN Sampang, Moh Yanto. Menurutnya, partai koalisi pendukung Prabowo Subianto - Sandiaga Salahuddin Uno tengah mempersiapakan segala kebutuhan yang akan digunakan selama rentetan acara.

"Benar, pak Sandiaga akan datang ke Sampang, selain untuk menyapa konstituen, beliau juga akan menyambangi beberapa pesantren," tuturnya pada wartawan. (ros)






Labels: ,

Tuesday, December 25, 2018

Jelang Pemilu 2019, KPU Butuh 25 Ribu KPPS

Rapat koordinasi dan evaluasi badan adhoc pemilu 2019. foto/madurasatu

SAMPANG - Guna mensukseskan pelaksanaan pemilihan umum (Pemilu) 2019, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Sampang bakal merekrut 25.844 Petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS).

"Jadi berdasarkan hitungan yang kita butuhkan, KPU membutuhkan sekitar 25 ribu KPPS," kata Komisioner KPU Sampang, Miftahur Rozaq dalam acara rapat koordinasi  dan evaluasi badan adhoc, Rabu (26/12/2018).

Puluhan ribu anggota KPPS itu, menurut Rozaq, nantinya akan ditugaskan di 3.692 Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang tersebar di sejumlah desa se-Kabupaten Sampang. Dengan rincian di masing – masing TPS jumlah petugas KPPS sebanyak 7 orang.

"Kalau dikalkulasikan secara matematis, ada sekitar 25.844 KPPS yang kita butuhkan. Jadi jumlahnya memang banyak karena sesuai dengan jumlah TPS yang juga meningkat," timpal Gus Mif - sapaan Miftahur Rozaq.

Menurut pria yang menjabat sebagai Divisi Sumber Daya Manusia dan Partisipasi Masyarakat (Parmas) itu, mereka yang akan mendafatar sebagai petugas KPPS dituntut untuk netral, sebab KPPS merupakan ujung tombak penyelenggara pemilu di tingkat paling bawah.

"Mereka akan menyelenggarakan pemungutan dan penghitungan suara di tingkat TPS. Oleh karena itu, salah satu syarat wajib bagi petugas KPPS ini adalah bukan anggota atau pengurus partai politik,".

Dengan demikian kata Gus Mif, calon anggota KPPS wajib menandatangani pernyatan yang salah satu isinya bukan anggota partai politik. (moh/ros)

Labels:

Monday, December 24, 2018

Andik Vermansyah Perkuat Komposisi Madura United

Foto / Madura United Property

PAMEKASAN - Andik Vermansyah dipastikan berkostum Madura United pada gelaran musim 2019. Mantan pemain Selangor FA itu bahkan diketahui menandatangani kontrak dengan manajer Madura United Haruna Soemitro, Senin (24/12/2018).

Andik menandatangani kontrak dengan durasi 1 tahun bersama Sapeh Kerrap - julukan Madura United.

“Tadi siang saya sudah komunikasi langsung dengan Azrul dan Chandra Persebaya tentang tingkat possibility Andik di Persebaya. Dari komunikasi itu saya peroleh kesimpulan bahwa antara Andik dan Persebaya sudah sama-sama ikhlas tentang masa depannya masing-masing. Sehingga tidak saling menunggu lebih-lebih menyandra satu sama lain,” Kata Haruna.

Haruna menuturkan, sejatinya ada satu klub di Indonesia dan 2 klub dari Malaysia yang memberikan penawaran fantastis kepada Andik. Namun dia memilih berlabuh di Madura karena dia terlahir dari orang tua dan lingkungan Madura.

"Mungkin karena asal usul keluarganya dari Madura, jadi akhirnya sepakat memperkuat Madura United," timpalnya. (ros)

Labels: ,

Sunday, December 23, 2018

Diterjang Ombak, Bangunan Ambruk

Bagian belakang rumah warga ambruk setelah diterjang ombak. foto/madurasatu

SUMENEP - Sekitar tujuh unit rumah milik warga di Dusun Pesisir, Desa Pakandangan Barat, Kecamatan Bluto, Kabupaten Sumenep rusak setelah diterjang ombak setinggi tiga meter.

Tujuh rumah milik warga itu disapu ombak karena lokasinya membelakangi pantai.

"Rata-rata yang rusak itu bagian belakang, tetapi beruntung tidak menimbulkan korban jiwa maupun luka," kata As'adi salah seorang warga, Senin (24/12/2018).

Dituturkanya, ombak besar terjadi sejak dua hari terakhir. Yang paling parah terjadi pada Minggu 23 Desember 2018 sekitar pukul 10 malam.

"Tinggi gelombang mencapai tiga meter. Warga langsung menyelematkan diri semua. Terjadinya malam hari terus, pertama itu tanggal 22 dan tanggal 23 terjadi lagi," terangnya.

Sebagai antisipasi bencana serupa kata As'adi, masyarakat setempat bergotong royong melakukan perbaikan tangkis laut dan pembersihan reruntuhan material bangunan.

Bahkan diapun berharap pemerintah setempat segera mengambil sikap dengan penyaluran bantuan, itu karena bencana alam dimaksud cukup merugikan. (pri/ros)

Labels: ,

Wednesday, December 19, 2018

Bawaslu 'Semprit' Tiga Orang Caleg

foto/google engine

SUMENEP - Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kabupaten Sumenep menemukan dugaan pelanggaran Pemilu yang dilakukan tiga orang calon legislatif (Caleg) di wilayah itu.

Pelanggaran dimaksud adalah melakukan promosi di media massa. Padahal sesuai ketentuan, promosi perorangan kepada masyarakat baru bisa dilakukan mulai 21 hari sebelum masa tenang Pemilu 2019.

"Caleg yang diduga melakukan pelanggaran ialah dua orang Caleg DPRD Kabupaten dan satu orang Caleg DPRD Provinsi Jawa Timur," kata Komisioner Bawaslu Sumenep Imam Syafii, Rabu (19/12/2018).

Syafii menuturkan, meski pelanggaran dimaksud masuk unsur pidana namun tindak lanjut polemik itu belum bisa dilakukan. Alasanya, terkendala ketentuan KPU yang belum membuat ketetapan jadwal iklan kampanye media massa.

"Kalau dari unsur pidananya saat kita bawa ke Gakumdu terkendala dengan ketentuan masa jadwal iklan di media massa dan rapat umum yang belum ditanda tangani oleh KPU," ungkapnya.

Meski unsur pidananya belum bisa diproses,  kata Syafii, namun pelanggaran itu tetap ditindaklanjuti oleh Bawaslu berkaitan dengan administrasi.

"Yang kita proses itu administrasinya, karena kalau secara pidana belum ada ketetapan jadwal yang menegaskan terkait masa kampanye di media massa," katanya kepada kontributor madurasatu.com.

Untuk itu kata Syafii, pihaknya menekankan agar setiap tahapan kampanye Caleg dapat mengikuti aturan guna menciptakan Pemilu yang aman dan kondusif. (pri/ros)

Labels:

Thursday, December 13, 2018

BMKG Minta Warga Madura Waspadai Bencana

Salah satu wilayah rawan longsor di Madura. foto/madurasatu

SUMENEP -  Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kalianget, Sumenep meminta masyarakat untuk mewasapadai tingginya intensitas hujan di wilayah Madura.

Pihak BMKG menyebut, peningkatan curah hujan ini akan terjadi selama satu minggu kedepan dan perlu diantisipasi oleh masyarakat.

Kepala BMKG Kalianget Usman Khalid menuturkan, berdasarkan analisis curah hujan dengan intensitas lebat berpotensi mengakibatkan bencana hidrometeorologi. Diantaranya genangan, banjir, longsor serta puting beliung.

"Masyarakat harus waspada atas peningkatan curah hujan. Dampaknya diantaranya genangan, banjir, longsor maupun puting beliung. Ini yang harus diantisipasi secara dini," ungkap Usman Khalid, Kamis (13/12/2018).

Usman menerangkan, kondisi cuaca seperti ini dipicu adanya aktivitas aliran massa udara basah dari Samudera Hindia menuju Indonesia serta aktivitas aliran massa udara dingin asia yang cukup signifikan.

"Wilayah Jawa Timur termasuk Madura juga terdampak. Jadi memang ada dampak terhadap perubahan kondisi cuaca dan memang berpotensi bencana," paparnya.

Sebagai peringatan antisipasi bagi masyarakat, sambung Usman, BMKG Kalianget telah berkoordinasi dengan pihak terkait di Pemerintah Daerah sehingga penyampaian informasi secara luas bisa dilakukan banyak pihak.

"Untuk itu kami mengingatkan kembali agar masyarakat mewaspadai tingginya intensitas hujan yang terjadi belakangan ini, karena berpotensi mengundang bencana," harapnya (pri/ros)

Labels: ,

Saturday, December 8, 2018

Belasan Rumah Warga Diterjang Puting Beliung

Salah seorang warga tengah mengecek atap rumahnya pasca terjadinya angin puting beliung. foto/madurasatu

SUMENEP - Belasan rumah penduduk di Desa Pinggir Papas, Kecamatan Kalianget, Sumenep diterjang angin puting beliung, Sabtu (8/12/2018).

"Ada sekitar 11 atau 13 rumah yang mengalami kerusakan, beruntung tidak sampai menimbulkan korban jiwa. Kejadiannya cepat dan sekarang sudah terkendali," kata Kepala Desa Pinggir Papas Abul Hayat, Sabtu sore.

Hayat menceritakan, saat puting beliung menerjang perumahan penduduk, masyarakat sekitar langsung berhamburan menyelematkan diri. Sehingga warganya hanya mengalami kerugian materi.

"Belum ada korban jiwa maupun luka. Sekarang petugas dan masyarakat sedang membersihkan puing-puing bagunan yang rusak," jelasnya.

Kepala BPBD Sumenep, Abd Rahman Riadi mengkonfirmasi kejadian tersebut, hanya saja pihaknya tengah melakukan pendataan terhadap rumah warga yang menjadi korban.

"Jumlah pastinya belum, masih pendataan. Info sementara ada belasan rumah yang rusak, rata-rata kerusakan pada bagian atap," ungkap Rahman Riadi kepada reporter madurasatu. (pri/ros)

Labels:

Friday, December 7, 2018

Sah, Pasangan Jihad Pimpin Sampang

Pasangan Bupati dan Wakil Bupati terpilih dalam sesi foto bersama dengan komisioner KPU dan Bawaslu Sampang. foto/madurasatu

SAMPANG - Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Sampang, Jumat (7/12/2018) malam, secara resmi menetapkan Bupati dan Wakil Bupati terpilih periode 2018-2023.

Kepastian tersebut dibacakan dalam rapat pleno penetapan Bupati dan Wakil Bupati terpilih di gedung BPU Tronojoyo Sampang.

"Rapat pleno ini merupakan agenda terakhir dan penutup seluruh tahapan Pilkada Sampang. Dalam artian tugas KPU yang berkaitan dengan pilkada telah berakhir dengan menyerahkan hasil rapat ke DPRD setempat," kata Syamsul Muarif, Ketua KPU Sampang dalam sambutanya.

Ditemui usai pleno, Bupati terpilih H. Slamet Junaidi menuturkan, pihaknya mengaku sangat bersyukur karena keputusan MK tidak lagi menjadi kegamangan ditengah-tengah masyarakat.

"Pertama, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak atas dukungan materi maupun pikiran hingga JIHAD menang," kata H. Idi - sapaan Slamet Junaidi.

Disinggung soal program utama dalam 100 hari kedepan, mantan anggota DPR RI itu mengaku telah membentuk tim transisi guna mensingkronkan dengan OPD masing-masing.

"Ada 10 program yang semuanya pro masyarakat, salah satunya peningkatan gaji guru GTT dan Guru ngaji," singkatnya.

Untuk diketahui, perolehan hasil rekapitulasi suara pada pelaksanaan PSU Pilkada Sampang 27 Oktober, yaitu Pasangan Calon (Paslon) nomor urut satu, H. Selamet Junaidi - H Abdullah Hidayat (Jihad) mendapat 307.126 suara atau sebesar 53 persen
 Sedangkan paslon nomor urut dua H Hermanto - H Suparto (Mantap) sebesar 245.768 suara atau 43 persen.

Paslon nomor urut tiga H Hisan - KH Abdullah Mansur sebesar 24.746 suara atau sebesar 4 persen. Dari hasil rekapitulasi PSU Pilkada 2018 tersebut, paslon Jihad unggul dengan terpaut 61.358 suara dari paslon Mantap atau selisih sekitar 20 persen. (moh/ros)

Labels: ,

Wednesday, December 5, 2018

Tanpa Drainase, Akses Jalan Tergenang

Kondisi jalan di sekitar pasar Tambelangan. foto/warganet

SAMPANG - Sejumlah warga di Desa Tambelangan, Kecamatan Tambelangan, Sampang mengeluh. Penyebabnya, jalur drainase atau selokan yang berada di area pasar setempat tersumbat, sehingga mengakibatkan genangan saat terjadi hujan.

Morsidi, salah seorang warga menuturkan, terjadinya genangan air di lokasi tersebut akibat dari tersumbatnya selokan sejak setahun lalu. Yakni setelah pasar Tambelangan dilakukan rehab.

"Dulu ada selokan, tapi setelah proses rehab (pasar Tambelangan) selesai, selokanya tertutup bekas material. Dan saat terjadi hujan mengakibatkan genangan dan jalan becek," tuturnya.

Dia mengibaratkan, akses jalan di samping pasar Tambelangan itu seperti kolam ikan. Lebih-lebih setelah turun hujan.

Kata dia, selain merugikan pengguna jalan, genangan air juga merugikan warga yang membuka usaha di pinggir jalan. Pasalnya, pembeli jadi enggan untuk mampir lantaran akses jalan masuk terendam air.

"Selain becek, kalau sudah hujan lokasinya seperti kolam ikan," sindir dia.

Menurutnya, belakangan ini genangan dimaksud tidak terlalu parah, setelah sebelumnya aparat Koramil setempat melalukan gotong royong bersama warga sekitar.

"Tapi tetap harus diperbaiki, agar kedepan tidak ada genangan lagi. Salah satunya harus dibangun selokan kembali," harapnya. (moh/ros)

Labels:

Mafia Tanah Hambat Pembangunan Bandara Kangean

Kunjugan dan safari kepulan dilakukan oleh Pemkab Sumenep. foto/madurasatu 

SUMENEP - Pemerintah Kabupaten Sumenep, Madura memastikan tidak bisa secapat mungkin mewujudkan pembangunan bandara di pulau Kangean. Masalahnya, pemerintah setempat masih harus melakukan pembebasan lahan, sedangkan harga tanah di wilayah itu naik tidak wajar.

"Persoalanya hanya tanah. Ada yang ingin mengambil keuntungan pribadi dan harga tanahnya dinaikkan terus, sehingga oleh pemerintah pun terpaksa ditunda," ungkap Bupati Sumenep, A Busyro Karim dalam kunjungan kerja Safari Kepulauan di Kecamatan Kangayan, Pulau Kangean, Selasa (4/12/2018).

Sejatinya, kata Bupati dua periode itu, pemerintah daerah telah menyiapkan anggaran sebesar Rp11 miliar untuk mendukung pembangunan bandara di pulau Kangean. Namun akibat adanya "pemain" tanah, untuk sementara waktu tidak dikeluarkan.

"Kalau mau bermain dengan harga tanah tidak akan saya keluarkan dananya," tegas Bupati Busyro kepada wartawan.

Orang nomor satu dilingkungan Pemkab Sumenep itu menjelaskan, jika kondisi tersebut belum selesai maka rute penerbangan Sumenep-Kangean akan sulit terealisasi.

"Anggaran dari Pemerintah tidak boleh dipermainkan oleh oknum guna mengeruk keuntungan secara pribadi. Bandara Kangaean diperuntukkan bagi kepentingan masyarakat banyak bukan perorangan. Artinya pemerintah tidak mau bermain-main dengan fasilitas masyarakat," jelasnya.

Busyro menuturkan, dirinya tidak ingin masuk penjara di sisa masa jabatanya, sehingga harus berhati-hati dalam menggunakan anggaran.

"Banyak yang bermain tanah maka tidak akan saya keluarkan. Kalau dikeluarkan nanti saya yang dipenjara. Saya tidak mau berakhir di penjara jadi saya harus hati-hati dalam penggunaan anggaran," pungkas mantan ketua DPRD Sumenep itu. (pri/ros)

Labels: ,

Tuesday, December 4, 2018

KPU Segera Plenokan Putusan MK


Suasana di ruang sidang MK. foto/madurasatu
SAMPANG - Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Sampang, Syamsul Muarif memastikan untuk segera melakukan pleno guna menindak lanjuti putusan Mahkamah Konstitusi (MK), terkait sidang sengketa Pilkada Sampang atas pelaksanaan Pemungutan Suara Ulang (PSU) pada 27 Oktober lalu.

Kata Syamsul Muarif, sebagaimana yang dibacakan oleh ketua Majelis Hakim MK, Anwar Usman beserta 8 anggota lainnya. MK menyatakan menolak permohonan pemohon seluruhnya dan membatalkan keputusan KPU No 55 Tahun 2018. Dalam artian MK menganggap sah hasil rekapitulasi dan penetapan PSU yang dilaksanakan 27 Oktober lalu.

"Kemudian menetapkan hasil perolehan suara masing-masing Paslon berdasarkan hasil dari pelaksanaan PSU, dan kami diperintahkan melaksanakan amar putusan itu," ujarnya kepada reporter madurasatu.com, Rabu (5/12/2018).

Syamsul menegaskan, hasil pelaksanaan PSU Pilkada Sampang pada 27 Oktober lalu dinyatakan diterima, MK menilai dan menyatakan bahwa KPU telah melaksanakan amar putusan sebelumnya yaitu melakukan perbaikan Daftar Pemilih Tetap (DPT).

"Menurut MK itu sudah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sehingga persoalan DPT sudah tidak relevan lagi untuk dipersoalkan oleh MK," paparnya.

Oleh karenanya, sambung Syamsul, dalam dua hari ke depan, pihaknya akan melakukan sidang pleno penetapan paslon terpilih, berdasarkan SK No 100 Tahun 2018, tentang hasil PSU Pilkada Sampang 2018.

Merujuk pada hasil rekapitulasi suara masing-masing paslon. Paslon nomor urut satu, H Slamet Junaidi-H Abdullah Hidayat (Jihad) mendapat 307.126 suara atau sebesar 53 persen.

Paslon nomor urut dua H Hermanto-H Suparto (Mantap) sebesar 245.768 suara atau 43 persen. Sedangkan paslon nomor urut tiga H Hisan – KH Abdullah Mansur sebesar 24.746 suara atau sebesar 4 persen.

Dari hasil rekapitulasi PSU Pilkada 2018 tersebut, paslon Jihad unggul dengan  selisih 61.358 suara dari paslon Mantap atau selisih sebesar 20 persen. (moh/ros)

Labels:

Catat, Empat Mata Uang Rupiah ini Harus Segera Ditukar

foto ilustrasi / google 
JAKARTA - Masyarakat yang masih memiliki atau menyimpan empat pecahan uang rupiah lama tahun emisi 1998 dan 1999 diminta segera menukarkan uang tersebut. Batas penukaran uang rupiah lama ini paling lambat 30 Desember 2018.

Berdasarkan siaran pers Bank Indonesia di Jakarta, Senin (3/12), empat pecahan uang rupiah lama yang masa penukarannya akan habis pada 30 Desember 2018 adalah pecahan Rp 10.000 Tahun Emisi (TE) 1998 dengan Gambar Muka Pahlawan Nasional Tjut Njak Dhien.

Selain itu, pecahan Rp 20.000 Tahun Emisi (TE) 1998 dengan Gambar Muka Pahlawan Nasional Ki Hadjar Dewantara. Pecahan Rp 50.000 Tahun Emisi (TE) 1999 dengan Gambar Muka Pahlawan Nasional WR. Soepratman.

Terakhir, Pecahan Rp100.000 Tahun Emisi (TE) 1999 dengan Gambar Muka Pahlawan Proklamator Dr.Ir.Soekarno dan Dr. H. Mohammad Hatta.

Keempat pecahan uang rupiah lama itu telah resmi dicabut dan ditarik dari peredaran sesuai Peraturan Bank Indonesia No.10/33/PBI/2008 yang terbit pada 25 November 2008 dan berlaku pada 31 Desember 2008. Sejak 31 Desember 2008, empat pecahan uang rupiah lama itu sudah tidak berlaku.

Dalam rilis pers itu, Bank Sentral memberikan jangka waktu agar masyarakat menukarkan uang tersebut selama 10 tahun sejak uang tersebut resmi ditarik dan dicabut pada 31 Desember 2008 hingga 31 Desember 2018.

"Bagi masyarakat yang masih memiliki uang pecahan emisi tersebut, dapat melakukan penukaran di seluruh kantor Bank Indonesia hingga 30 Desember 2018. Bank Indonesia membuka layanan penukaran sampai dengan 30 Desember 2018, termasuk layanan khusus pada 29-30 Desember 2018," tulis Bank Indonesia.

Setelah 31 Desember 2018 atau 10 tahun masa penukaran, masyarakat tidak dapat lagi melakukan penukaran uang pecahan lama. Pencabutan dan penarikan uang rupiah dilakukan atas dasar pertimbangan masa edar uang, serta adanya uang emisi baru dengan perkembangan teknologi unsur pengaman (security features) pada uang kertas. (republika/ros/ms)

Labels:

Monday, December 3, 2018

UIM Buktikan 'Brand' Kampus Islam

Proses pelepasan balon di halaman kampus UIM Pamekasan. foto/madurasatu

PAMEKASAN - Dalam rangka memeriahkan kelahiran Nabi Muhammad SAW, Universitas Islam Madura (UIM) Pamekasan melangsungkan beberapa lomba yang dikemas dalam "Pekan Maulid Nabi Muhammad SAW ke 1440 H".

Pembukaan kegiatan yang di inisiasi oleh Fakultas Ekonomi UIM itu, ditandai dengan digelarnya festival hadrah. Selain itu juga diselenggarakan lomba syiir madura, santripreneur dan akan diakhiri dengan seminar nasional ekonomi, manajemen dan akuntansi (SINEMA).

Dekan Fakultas Ekonomi UIM, Ahmad Baihaki menuturkan, kegiatan dimaksud dilaksanakan sebagai upaya untuk mengejawantahkan tanggung jawab sosial yang disandang oleh UIM. Untuk itu UIM hadir guna melestarikan budaya Madura yang bersinggungan dengan keislaman.

"Universitas memiliki tanggung jawab sosial untuk ikut andil menjaga khazanah budaya ditengah-tengah masyarakat," ujarnya.

Sebagai puncak kegiatan, sambung Baihaki, pihaknya juga akan menggelar seminar berskala nasional yang merupakan representasi dari status universitas yang disandangnya. Adapun tema yang akan dipilih dalam kegiatan tersebut, yakni “Akuntansi Pesantren, Akuntabilitas Dunia Akhirat”, sebagai didedikasikan kepada pondok pesantren yang juga menaungi Universitas Islam Madura.

Dalam pelaksanaanya, pembukaan pekan maulid Nabi Muhammad itu ditandai dengan pelepasan balon ke udara yang dilakukan oleh Wakil Rektor II UIM dengan didampingi  seluruh dekan di lingkungan UIM dan perwakilan peserta. (anw/ros)

Labels: ,

Pasien Puskesmas Torjun Terpaksa Diungsikan


Sejumlah anggota komisi IV DPRD Sampang melakukan sidak pembangunan Puskesmas Torjun. Foto/madurasatu 

SAMPANG - Sejumlah pasien Puskesmas Torjun, Kecamatan Torjun, Sampang terpaksa diungsikan. Penyebabnya, proyek pembangunan Puskesmas Torjun berlangsung lambat. Bahkan dipastikan melewati deadline masa pengerjaan.

Kepala Bidang Layanan Kesehatan Masyarakat Dinkes Sampang, dr Yuliono menuturkan, proses layanan kesehatan masyarakat untuk wilayah Kecamatan Torjun sebelumnya sudah dilakukan sistem titip pasien. Dalam artian, setiap pasien rawat inap yang sejatinya menempati Puskesmas Torjun harus dirujuk ke Puskesmas Kamoning Sampang maupun ke Puskesmas Jrengik.

"Kami sudah koordinasi dengan puskesmas tetangga untuk tetap menerima pasien dari Kecamatan Torjun yang memerlukan layanan kesehatan," kata dr Yuliono kepada wartawan, Senin (3/12/2018).

Menurut mantan humas RUSD dr Mohammad Zyn itu, langkah tersebut dilakukan karena ketersediaan sarana penunjang yang dimiliki oleh Puskesmas Torjun banyak yang tidak beroperasi menyusul dilakukanya proses pembangunan.

Bahkan menurut dr Yuliono, untuk layanan tanggap darurat terpaksa dilakukan di sebagian ruangan kantor Kecamatan yang lokasinya berdekatan dengan lokasi awal puskesmas.

"Untuk ruang layanan, kami menggunakan sisa ruangan dibelakang kantor dan meminjam fasilitas milik kecamatan Torjun, semisal untuk proses bersalin dan layanan lainnya," katanya.

Kepala Puskesmas Torjun, Ach Jazuli, juga menuturkan hal serupa. Kata dia, sementara ini layanan kesehatan di puskesmas setempat tidak maksimal.

"Saat awal mula proyek dimulai, kami pindahkan semua fasilitas. Tapi ternyata pembangunanya lambat, kami harap pembangunannya secepatnya diselesaikan, agar layanan kesehatan kepada masyarakat dapat berjalan optimal kembali," harapnya. (idr/ros)

Labels:

Sunday, December 2, 2018

Kanibalisme PTNU Pasca UNU MADURA

Foto: Editing madurasatu 

Madurasatu.com - Nahdlatul Ulama (NU) adalah salah satu organisasi masyarakat (Ormas) Islam terbesar di Indonesia yang lahir dari rahim tokoh-tokoh pesantren di Indonesia dan telah begitu kental mewarnai peradaban beragama, berbangsa bahkan bernegara.

Dalam menghadapi perubahan peradaban menuju revolusi industri 4.0, NU juga tidak ketinggalan dalam mengambil peran dengan menguatkan sendi-sendi perjuangannya di dunia perguruan tinggi. Hingga dibentuklah badan-badan otonomi khusus, sebagaimana yang berkembang beberapa waktu belakangan yang dikenal dengan dikuatkannya simpul perjuangan melalui Lembaga Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (LPTNU).

LPTNU sendiri sebenarnya sangat ideal untuk menjadikan perguruan tinggi yang berafiliasi dengan NU atau yang dikenal dengan perguruan tinggi berbasis nilai-nilai keaswajaan untuk meningkatkan standarisasi kualitas layanan, nilai-nilai dan bahkan alumninya. Bahkan tidak cukup dengan itu, NU juga secara intensif membuka perguruan-perguruan tinggi baru dengan nama yang standar secara nasional yang memberikan penciri khusus dan bukan hanya afiliasi yang dibagian belakang kualifikasi perguruan tingginya disematkan nama NU, dan yang mulai bermunculan adalah Universitas Nahdlatul Ulama (UNU).

Pembentukan perguruan tinggi NU yang bisa terstandari secara nasional akan sangat bermanfaat bagi NU untuk menunjukkan kepekaannya dalam menjawab tantangan jaman yang telah bergeser ke era digital yang ditandai dengan mulainya era peradaban revolusi industri 4.0. Bahkan keseriusan membenahi kualitas perguruan tinggi berbasis NU tersebut akan memiliki imbas nyata dalam menyelamatkan ummat dalam persaingan global dari pergeseran nilai-nilai keagamaan yang dianut oleh NU.

Foto Editing / Madurasatu 2018

Akan tetapi kemudian yang menjadi pertanyaan besar adalah “Haruskah Madura, sebagai daerah cikal bakal lahirnya NU, memiliki UNU?”. Pertanyaan ini tentunya bukan tidak berdasar, karena keseriusan membangun UNU telah tampak dari sebuah papan nama untuk permohonan do’a restu atas rencana pembangunan UNU tersebut di daerah perbatasan Kabupaten Sumenep dan Kabupaten Pamekasan. Padahal di Madura sendiri hampir sebagian besar perguruan tinggi yang berada di bawah pesantren berafiliasi dengan NU, baik secara formal maupun spiritual. Sehingga adakah alasan urgensi lain untuk membentuk perguruan tinggi baru yang secara khusus menyebutkan dirinya sebagai perguruan tinggi NU, bukan lagi perguruan tinggi yang berlandaskan ajaran NU.

Hal lain yang perlu menjadi perhatian bersama adalah “Apakah perguruan tinggi yang telah berafiliasi dengan NU, tidak memiliki standar sebagaimana yang diharapkan oleh NU?”. Atau bahkan bisa muncul alasan lain bahwa “Perguruan Tinggi yang telah berafiliasi dengan NU di Madura, tidak memiliki kompetensi yang cukup untuk menghadapi dinamika perubahan sebagaimana revolusi industri 4.0 butuhkan?”. Sehingga diambillah sebuah keputusan untuk mendirikan UNU tersendiri di Madura sebagai bentuk penguatan daya saing ummat atau secara khusus kaum Nahdliyin di Madura.

Foto / fb. @ Ach Baihaki
Tapi jika alasannya adalah tidak kunjung tercapainya standarisasi perguruan tinggi di bawah NU, maka perlu juga dipertanyakan kiprah LPTNU sebagai salah satu banom yang seharusnya bisa menjadi lembaga intermediasi potensi perguruan tinggi NU (PTNU) atau ditingkatkan fungsinya menjadi lembaga inkubator PTNU. Karena jika dibiarkan, maka keberadaan perguruan tinggi NU tidak bisa maksimal memberikan sumbangsih dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang dibutuhkan oleh stakeholders. Karena memang kebanyakan perguruan tinggi di Madura yang berafiliasi dengan NU adalah Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI). Sehingga dalam menghadapi tantangan perubahan peradaban masih belum bisa berbuat banyak. Bahkan Mahasiswa/i yang belajar di PTKI tersebut sebenarnya telah memiliki pengetahuan agama yang baik di lingkungan pondok pesantren, sehingga secara sederhana, meskipun tidak melanjutkan perguruan tinggi telah memiliki bekal yang cukup.

Jika dianggap, bahwa PTNU tidak memiliki kompetensi yang cukup untuk menghadapi perubahan dinamika perubahan peradaban. Maka sebenarnya telah ada beberapa PTNU di Madura yang telah menyajikan program studi diluar keagamaan yang nantinya diharapkan bisa memberikan alternatif dalam menyiapkan SDM yang lebih berkualitas untuk berkompetisi dalam persaingan pasar kerja. Akan tetapi apakah PTNU tersebut telah terstandarisasi sebagaimana yang dipersyaratkan, atau bahkan mau distandarisasi sebagaimana yang dipersyaratkan?. Maka inilah masalah utama yang sebenarnya harus diatasi.

Karenanya LPTNU seharusnya mempersyaratkan sejumlah kriteria tertentu, ketika ada perguruan tinggi yang ingin didirikan dan ingin bergabung dalam pembinaan LPTNU. Karena diakui atau tidak, kebanyakan input mahasiswa PTNU di Madura berasal dari alumni pendidikan menengah yang berafiliasi dengan pondok pesantren dimana PTNU itu juga berafiliasi. Oleh sebab itu, sebenarnya telah terjadi persaingan yang cukup ketat dalam proses penjaringan mahasiswa baru antar PTNU di Madura. Karena biasanya akan lebih mudah ditemukan, terutama pesantren yang belum begitu besar dan telah memiliki perguruan tinggi untuk menggiring alumni sekolah menengahnya untuk melanjutkan pendidikan tingginya di Perguruan tinggi yang berada di lingkungan pesantren itu sendiri, walau sebenarnya jurusan tersebut tidak terlalu menjadi minat atau bahkan kebutuhan mahasiswa/i yang menuntuk ilmu di program studi tersebut. Karena memang sikap santri di Madura yang cenderung sami’na wa ato’na (Siap melaksanakan titah).

Maka dengan adanya UNU tersendiri di Madura akan memancing sebuah dinamika problematika peta PTNU di Madura. Karena, masyarakat akan mempertanyakan, “manakah yang lebih NU, UNU atau PTNU yang rata-rata telah bernaung di bawah pondok pesantren?”. Karena itu akan menjadi sebuah boomerang, dimana calon mahasiswa akan dihadapkan pada pilihan yang tidak mudah. Memilih program studi yang disajikan oleh UNU yang lebih mampu menjawab tantangan perubahan peradaban akan menghilangkan potensi bertahannya PTNU yang sudah ada. Karena pasti muncul pertanyaan selanjutnya “dari manakah sumber mahasiswa/ i?”, karena kebiasaan masyarakat Madura menyekolahkan anaknya dengan alasan yang paling mendasar adalah “mengharapkan barokah”. Maka jika terjadi ada perguruan tinggi dengan label NU secara eksplisit, lalu “manakah yang paling NU dan memberikan barokah?”.

Sehingga jika hal tersebut terjadi, maka perlu alat analisis yang lebih pragmatis dan cenderung tekhnis, dimana sebagai perbandingan adalah Malang yang telah lebih dulu memiliki Univeritas Islam Malang (UNISMA) yang telah berafiliasi dengan NU sejak awal berdirinya. Bahkan beberapa saat belakangan ini UNISMA telah menancapkan salah satu slogannya dengan “Dari NU untuk Indonesia dan peradaban dunia”. Maka kenapa di Malang tidak sekalian dibentuk UNU baru?, padahal di Malang potensi mahasiswa barunya jauh lebih besar dibandingkan dengan di Madura.

Hal ini yang kemudian menjadi bahan pertimbangan adalah “Apakah UNISMA telah mampu merepsentasikan wajah NU dalam dunia perguruan tingginya?”. Atau sangat mungkin “UNISMA telah cukup menjadi salah satu percontohan kampus NU yang sukses dengan segala prestasinya”. Sehingga dengan beberapa analogi tersebut, tidak perlu lagi dibentuk PTNU tersendiri.

Jika analogi terakhir tepat untuk menyampaikan alasan kegelisahan urgensi pembentukan UNU di Madura, maka perlu adanya peningkatan kualitas dari PTNU di Madura. Sehingga kredibilitas PTNU di Madura bisa menjadi kebanggaan NU secara struktural dan bahkan bisa menjadi cikal bakal percontohan daerah dengan PTNU yang membanggakan. Tapi, jika hal itu tidak dilakukan, maka disadari atau tidak, adanya UNU akan menjadi boomerang dan akan saling mematikan antar PTNU di Madura. Sehingga peran LPTNU sebagai banom yang mengurusi koordinasi antar PTNU harus lebih dimaksimalkan dengan standarisasi yang lebih jelas. Sehingga sebelum satu sama lain PTNU saling mengeliminasi, maka bisa diselamatkan dengan peningkatan kualitas yang nantinya bisa membentuk pola piker masyarakat yang lebih logis dalam memilih perguruan tinggi untuk melanjutkan pendidikan tingginya.

Wallahu a’lam bisshowab


Oleh:
Ach. Baihaki, SE., M.Sc
Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Islam Madura

Labels: